'WINI NEAN' PANCASILA DALAM TATANAN TRADISI PERTANIAN

    Tatanan kebudayaan masyarakat menjadi kebiasaan dari generasi masa lalu dan diteruskan sampai generasi yang akan datang. Tetapi menjadi pertanyaan besar, Apakah generasi muda saat ini masih siap dan mampu menjawabi melanjudkan tongkat estafet yang diwarisi oleh generasi sebelumnya ? Kebudayaan berladang dan bertani tradisional menujuh petani yang modern harus siap menjawabi. ketahananan  pangan dan ketahananan personalia menjadi kekuatan utama. Apakah masih teringat akan tradisi yang ditinggalkan yang namanya Istilah  Ru Supung , U'a Uma Kare Tua, Wihing Wawi Peni Manu, Toru Lorun, Rana Kata, atau istilah Sipi Wini Li'ing, Gaer Wini Nean . bekal yang namanya pilihan tanah, peralatan , bibit padi, perawatan padi, cara panen, fungsionaris adat, sistim penghijauan. 
    Budaya berladang  menyasari tata kebiasaan sejak saat penemuan padi dan prinsip berladang yang tidak alami perubahan, perkembangan atau pembaharuan, karena dipertahankan oleh kaum adat. Jadi dalam melewati kurun waktu lama sebuah tradisi adat istiadat kegiatan berladang selalu dipertahankan karena sudah mendarah daging. Rasionalisasi pertanian merupakan perkembangan dan perubahan pertanian menuju inovasi, berbeda dengan cara berladang tradisional yang tidak alami perubahan. 
Budaya masyarakat Folres pada umumnya dan Krowe Sikka khususnya masih mempertahankan tradisi watak kearifan lokal yang didasari atas rasa solider membangun komunikasi bersama dalam kerja sama dan sama-sama kerja atau bahasa lokal disebut dengan Tuke Jung ( gotong royong), jiwa rasa Persatuan dan persaudaaran akan nilai wini nean ada didalamnya yang menyimpan syarat makna yang Pancasilais. 
    Praktik tradisional terekam pula dalam ritus kepercayaan yang bernilai religius dan magi yang kita kenal dengan ama lero ulan reta, ina niang tana wawa menjadi perekat rasa iman kerohanian yang sudah ada terpupuk menjadi cerminan sila Ketuhanan yang Maha Esa. Sikap yang berani dan dan patut dihargai kerena menjunjung tinggi rasionalisme dan modernisasi pembangunan disektor pertanian. 
Oleh karena itu usaha menyukseskan sektor pembangunan dalam bidang pertanian  kian hari kian digiatkan kembali dan selalu dikembangkan. varietas benih unggul dan bibit bernas/ wini nean perlu disiapkan sukbyek dan obyek pembangunan guna meningkatkan penghasilan dalam ketahanan pangan lokal di Flores NTT khususnya Krowe Sikka, benih-benih lokal: tuka, rose, ohu ae, hura, kewa, tiri, muti, watar, wetan, bue, wuek, peku, biha roton, wewe niur, dan masih banyak varietas bibit dan benih uanggul yang sudah terkesan punah dan hilang. Dengan tulisan ini memotivasi  dan menjadi jalan menujuh keinginan dan niat yang positif berpikir jernih mengangkat kembali nilai-nilai kearifan lokal dalam atraksi-atraksi sosial yang langsung kita temukan di masyarakat lokal.  Rasa persatuan, persaudaraan, keterbukaan dan tenggang rasa menjadi cerminan positif yang selau digiatkan berkembang dalam tatanan kehidupan masyarakat. Konsep berpikir, bertindak, serta menggerakan nilai-nilai Pancasila, menghormati hak asasi setiap masyarakat, menjunjung tinggi nilai keluarga dan kegotong-royongan, sungguh-sungguh menghormati berbagai perbedaan dan mencintai. dalam arti manusia juga harus mencintai hasil karya Tuhan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang sudah diberikan.
Nilai Pancasila yang digali dari Pengolahan tanah, perhitungan musim tanam,  praktik upacara baik seremonial  adat, yang  menjadi nilai Pancasila dalam Pertanian;  Sila Pertama:Ketuhanan Yang Maha Esa tercermin dengan adanya kepercayaan pada Ina Niang Tana Wawa, ama Lero Wulan Reta, Sila Kedua tercermin pada; sikap solider U'a Hama/ Gewo Reong menjadi penyokonng dalam mendukung Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Sila Ketiga terterkam pada aktivitas; U'a Jung Wate Ha/satu hati dalam kerja, Sila Keempat terkekam pada jejak teri gege - era hama-hama dalam musyawarah dan mufakat, dan Sila Kelima terekam jejak dalam; keharmonisan kemakmuran, kesejateraan rakyat atau moret epan wohon tiang tajang dan jauh dari morun bleke hekek. Dengan ini akan jelas bahwa kearifan lokal menjadi eksponen pembangunan akibat perombakan mentalitas dalam menjalani hidup agraris dengan lebih baik dan sadar menuju kebaikan yang besar dalam pola membangun keadilan dalam Nilai-Nilai Pancasila yang sejatih dan utuh. WINI NEAN artinya benih bernas Unggul .Budaya dan Kearifan Lokal perlu digali dan di eksplor.

Comments

Popular posts from this blog

Antara Puasa ,Paska dan Bencana sebuah Reflesi

Hidupkan Kembali Budaya ( Tradisi Meminta Hujan )